Yakin dan percaya dirilah kawan,
tidak ada yang tidak mungkin di dunia, kecuali kata tidak mungkin itu sendiri.
Karena harta karun yang selama
ini kamu cari ternyata ada di dalam dirimu sendiri.
Kisah
Ali Hafed & Ladang Berlian
Ali
Hafed adalah seorang petani dari Afrika, tiap hari ia jalani hidup dengan
selalu ceria. Hingga suatu ketika ada teman yang mengunjunginya dan memberitahu
Ali tentang keagungan berlian dan kekuatan yang menyertainya bagi siapa saja
yang memilikinya. Dalam perbincangan, temannya berkata, “Jika engkau memiliki
berlian sebesar ibu jari, maka engkau dapat memiliki kota sendiri. Jika kamu memiliki
berlian sebesar kepalan tangan, maka engkau dapat memiliki seluruh kota.”
Setelah
kawannya pergi, Ali tidak dapat tidur malam itu. Kemudian ia menjadi murung dan
sedih atas apa yang telah ia punya saat itu. Semalam suntuk dia berpikr
bagaimana cara menjadi kaya dan mempunyai kekuatan yang seperti ia inginkan.
Ali berkhayal melayang jauh tinggi ke angkasa, apa jadinya bila dia memiliki
beberapa berlian itu. Lamunan itu semakin lama, semakin membuat dada Ali
menjadi begitu sesak.
Keeseokan
harinya Ali menjual semua sawahnya, menitipkan keluarga pada tetangganya dan
memulai pencarian berlian yang amat didambakannya itu. Dia menjelajah seluruh
Afrika, tapi tidak menemukan satu pun. Dia mengelilingi seluruh Eropa, tapi
tetap tidak menemukan satu pun juga. Dia menjadi hancur secara fisik, emosi dan
finansial. Kemudian Ali memutuskan untuk mengakhiri petualangannya dan
menceburkan diri ke sungai.
Sementara
itu di rumahnya, ketika orang yang membeli sawahnya tengah memberi minum
unta-untanya di parit yang mengaliri air lahan pertanian itu, tiba-tiba dia
melihat sinar kilau aneh dari pasir putih di sebuah parit yang dangkal.
Ternyata di sana tergeletak sebuah batu yang amat indah. Diambillah batu itu
dan diletakkan di ruang tamu sebagai hiasan.
Suatu
hari, teman Ali kembali datang berkunjung ke rumah itu dan melihat batu
becahaya. Dia memekik, “Ini berliannya, apakah Ali sudah kembali?”
Yang
punya rumah itu menjawab, “Belum, Ali belum kembali dan itu bukan berlian, itu
hanya seonggok batu yang kutemukan di kebun ini.”
Ketika
teman Ali mendengar hal itu, dia berkata, “Aku tahu berlian ketika aku
melihatnya!!”
Sedetik
kemudian, secara bersama-sama mereka bergegas ke parit di kebun dan mereka pun
memulai pencariannya. Di luar dugaan, di sana ternyata ditemukan batu-batu yang
lebih indah dan berharga diandingkan batu sebelumnya. Saat itulah telah
ditemukan tambang permata terbesar di dunia.
Hikmah Dibalik Kisah
Cerita
di atas, “Tambang Berlian” (Acress of Diamond) diceritaka oleh Russel Harus
Conwell lebih dari 6000 kali semasa hidupnya. Conwell adalah pendiri Temple University,
salah satu kampus ternama di Philadelpia, AS.
Selama
ini terkadang kita terlalu sibuk mencari-cari peluang dari tempat lain, bukan
di dalam diri kita sendiri. “Tambang Berlian” mengajarkan kepada kita bahwa
kekayaan dan kesempatan yang kita cari sebenarnya ada dalam diri kita.
Berlian
dalam bentuknya yang kasar tidak kelihatan seperti berlian. Berlian kasar hanya
perlu dipoles dengan terampil dan digosok. Tujuannya tentu agar mengkilap
sebelum menjadi benar-benar berharga. Demikian juga kebanyakan dari kita tampak
seperti ‘berlian kasar’. Hanya perlu dipoles dan digosok sebelum kita menyadari
potensi secara penuh.
Sumber: Buku Remaja Revo, Tekad
Pantang Menyerah
Penulis: Purnadina, 2010
inspirask sekalii
BalasHapuswkwkwk.....